Posted by : Prisna Defauzi Sabtu, 24 Januari 2015


Enam puluh sembilan tahun sudah Indonesia memproklamirkan “kemerdekaan”. Namun selama itu pula kondisi rakyat di negeri jamrud khatulistiwa ini tak kunjung usai dari derita dan kesengsaraan. Tahun 2014 kemarin adalah tahun politik. Di mana rakyat banyak berharap presiden terpilih dapat menuntaskan berbagai permasalahan yang membelit Indonesia dan memberikan kesejahteraan. Apalagi presiden terpilih adalah Jokowi yang dicitrakan sebagai sosok yang pro wong cilik. Namun sayangnya rakyat harus kembali kecewa. Bagaimana tidak, belum lama memimpin Jokowi sudah memberikan seabreg kado pahitnya, mulai dari penghapusan subsidi BBM yang diikuti kenaikan harga barang dan jasa, pencabutan subsidi listrik, kenaikan harga gas LPG dan tiket kereta api, penambahan jumlah impor daging sapi dsb. Rakyat benar-benar dibuat gigit jari oleh kebijakan presiden yang omong kosong pro wong cilik.

Merefleksi tahun 2014, setumpuk permasalahan Indonesia semakin berat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selain dari segi politik yang sarat transaksional dan pemerintahan; eksekutif, legislatif dan yudikatif yang semakin korup. Dari segi sosial, terjadi peningkatan kejahatan terhadap wanita dan anak-anak, kasus disintegrasi, makin maraknya kasus HIV/AIDS dan narkoba, termasuk miras oplosan yang telah memakan ratusan korban. Dari segi ekonomi, kemiskinan kian bertambah, pemalakan BPJS untuk PNS, TNI dan karyawan swasta dengan korban-korbannya yang mulai berjatuhan, privatisasi BUMN dan liberalisasi SDA dari hulu sampai hilir di bawah payung hukum “Washington Konsesnsus”. Dari segi pendidikan, biaya pendidikan semakin mahal setelah 2012 lalu disahkan UU PT, pembatasan masa kuliah yang diprediksi membuat mahasiswa lebih fokus kepada studinya dan semakin abai dalam mengawal kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Dari segi agama, pembiaran aliran sesat Ahmadiyyah, liberalisasi agama dengan wacana penghapusan kolom agama di KTP dan wacana penghapusan doa menurut Islam di awal pembelajaran sekolah. Khusus untuk dunia Islam, umat Islam masih terjajah dan menjadi korban penindasan kaum kafir seperti umat Islam di Gaza Palestina, Suriah, Pakistan, Rohingya di Myanmar, Pattani di Thailand, atau di Filipina Selatan, Turkistan Timur (Xianjiang, China) dan lain-lain.

Itulah berbagai permasalahan yang terjadi di sepanjang tahun 2014. Permasalahan tersebut tampaknya akan berulang di tahun 2015 bahkan akan lebih rumit lagi. Hal ini dapat dilihat karena masih diterapkannya sistem kepitalisme-demokrasi. Pergantian presiden 2014 kemarin yang hanya person telah nyata tidak memberikan kebaikan bagi rakyat. Semua itu disebabkan oleh sistem kapitalisme-demokrasi yang menjadi pangkal problem negeri ini tidak diganti.

Dalam Kapitalisme-demokrasi, politikus yang ingin memperoleh kekuasaan membutuhkan modal yang besar untuk menang pemilu. Modal yang besar tersebut kemudian didanai oleh para kapitalis dengan berbagai konsensi. Inilah sebab mengapa kebijakan para penguasa selalu tidak pro rakyat. Contohnya adalah penghapusan subsidi BBM yang menjadi amanat IMF. Pada akhirnya Jokowi menghapuskan subsidi BBM per satu januari yang dampaknya akan sangat merugikan rakyat ketika harga minyak dunia kembali melambung tinggi.

Pemegang kekuasaan dalam kapitalisme-demokrasi sesungguhnya adalah para kapitalis (pemilik modal). Pemerintah/negara hanyalah sebagai instrument bagi kepentingan bisnis para kapitalis. Gembar-gembor untuk rakyat sejatinya omong kosong. Yang jelas rakyat dikorbankan untuk keuntungan kapitalis. Karena pemegang kekuasaan sesungguhnya kapitalis, maka tak aneh jika pendidikan, kesehatan, keamanan, politik, dan layanan publik lainnya dsb dikapitalisasi.

Dengan demikian, harapan satu-satunya untuk membawa kebaikan bagi negeri ini adalah dengan menerapkan sistem Islam, yakni Khilafah Islamiyyah.  Allah SWT berfirman: Andai penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari angit dan bumi. Namun, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Karena itu Kami menyiksa mereka karena perbuatan mereka itu (TQS al-A’raf [7]: 96). Mpris

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Muslim Writer -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -