Refeleksi Tahun 2014 dan Outlook Tahun 2015


Enam puluh sembilan tahun sudah Indonesia memproklamirkan “kemerdekaan”. Namun selama itu pula kondisi rakyat di negeri jamrud khatulistiwa ini tak kunjung usai dari derita dan kesengsaraan. Tahun 2014 kemarin adalah tahun politik. Di mana rakyat banyak berharap presiden terpilih dapat menuntaskan berbagai permasalahan yang membelit Indonesia dan memberikan kesejahteraan. Apalagi presiden terpilih adalah Jokowi yang dicitrakan sebagai sosok yang pro wong cilik. Namun sayangnya rakyat harus kembali kecewa. Bagaimana tidak, belum lama memimpin Jokowi sudah memberikan seabreg kado pahitnya, mulai dari penghapusan subsidi BBM yang diikuti kenaikan harga barang dan jasa, pencabutan subsidi listrik, kenaikan harga gas LPG dan tiket kereta api, penambahan jumlah impor daging sapi dsb. Rakyat benar-benar dibuat gigit jari oleh kebijakan presiden yang omong kosong pro wong cilik.

Merefleksi tahun 2014, setumpuk permasalahan Indonesia semakin berat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selain dari segi politik yang sarat transaksional dan pemerintahan; eksekutif, legislatif dan yudikatif yang semakin korup. Dari segi sosial, terjadi peningkatan kejahatan terhadap wanita dan anak-anak, kasus disintegrasi, makin maraknya kasus HIV/AIDS dan narkoba, termasuk miras oplosan yang telah memakan ratusan korban. Dari segi ekonomi, kemiskinan kian bertambah, pemalakan BPJS untuk PNS, TNI dan karyawan swasta dengan korban-korbannya yang mulai berjatuhan, privatisasi BUMN dan liberalisasi SDA dari hulu sampai hilir di bawah payung hukum “Washington Konsesnsus”. Dari segi pendidikan, biaya pendidikan semakin mahal setelah 2012 lalu disahkan UU PT, pembatasan masa kuliah yang diprediksi membuat mahasiswa lebih fokus kepada studinya dan semakin abai dalam mengawal kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Dari segi agama, pembiaran aliran sesat Ahmadiyyah, liberalisasi agama dengan wacana penghapusan kolom agama di KTP dan wacana penghapusan doa menurut Islam di awal pembelajaran sekolah. Khusus untuk dunia Islam, umat Islam masih terjajah dan menjadi korban penindasan kaum kafir seperti umat Islam di Gaza Palestina, Suriah, Pakistan, Rohingya di Myanmar, Pattani di Thailand, atau di Filipina Selatan, Turkistan Timur (Xianjiang, China) dan lain-lain.

Itulah berbagai permasalahan yang terjadi di sepanjang tahun 2014. Permasalahan tersebut tampaknya akan berulang di tahun 2015 bahkan akan lebih rumit lagi. Hal ini dapat dilihat karena masih diterapkannya sistem kepitalisme-demokrasi. Pergantian presiden 2014 kemarin yang hanya person telah nyata tidak memberikan kebaikan bagi rakyat. Semua itu disebabkan oleh sistem kapitalisme-demokrasi yang menjadi pangkal problem negeri ini tidak diganti.

Dalam Kapitalisme-demokrasi, politikus yang ingin memperoleh kekuasaan membutuhkan modal yang besar untuk menang pemilu. Modal yang besar tersebut kemudian didanai oleh para kapitalis dengan berbagai konsensi. Inilah sebab mengapa kebijakan para penguasa selalu tidak pro rakyat. Contohnya adalah penghapusan subsidi BBM yang menjadi amanat IMF. Pada akhirnya Jokowi menghapuskan subsidi BBM per satu januari yang dampaknya akan sangat merugikan rakyat ketika harga minyak dunia kembali melambung tinggi.

Pemegang kekuasaan dalam kapitalisme-demokrasi sesungguhnya adalah para kapitalis (pemilik modal). Pemerintah/negara hanyalah sebagai instrument bagi kepentingan bisnis para kapitalis. Gembar-gembor untuk rakyat sejatinya omong kosong. Yang jelas rakyat dikorbankan untuk keuntungan kapitalis. Karena pemegang kekuasaan sesungguhnya kapitalis, maka tak aneh jika pendidikan, kesehatan, keamanan, politik, dan layanan publik lainnya dsb dikapitalisasi.

Dengan demikian, harapan satu-satunya untuk membawa kebaikan bagi negeri ini adalah dengan menerapkan sistem Islam, yakni Khilafah Islamiyyah.  Allah SWT berfirman: Andai penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari angit dan bumi. Namun, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Karena itu Kami menyiksa mereka karena perbuatan mereka itu (TQS al-A’raf [7]: 96). Mpris
Sabtu, 24 Januari 2015
Posted by Prisna Defauzi

Demokrasi Sistem Kufur, Rusak dan Merusak, Penuh Kedustaan, Pembodohan, dan Penyesatan

Assalamu’alaikum wr wb.

Segala puji bagi Allah rabb semesta alam. Hanya Dia saja yang berhak menetapkan hukum. Sesungguhnya bagi orang yang beriman ada kemenangan yang besar. Dan sungguh adzab Allah amat pedih bagi mereka yang mendurhakaiNya. Semoga shalawat tercurahlimpahkan kepada rasulNya yang mulia, Muhammad saw. Sungguh jalan keselamatan adalah mengikuti apa saja yang ia bawa dan meninggalkan apa saja  yang ia tinggalkan. Semoga shalawat tercurahlimpahkan pula kepada keluarganya yang beriman, kepada para sahabatnya dan kepada umatnya yang beriman. Allahu Akbar!!

Saudara mahasiswa sekalian, kalau sampai saat ini saudara mahasiswa masih menganggap bahwa demokrasi adalah sistem terbaik. Maka kami ingin menyerukan kepada saudara mahasiswa sekalian, bahwa demokrasi sesungguhnya sistem khayalan. Demokrasi penuh kedustaan, pembodohan dan penyesatan. Demokrasi dengan kedustaannya, tidaklah pernah mewakili kepentingan seluruh rakyat. Apakah kenaikan hargga BBM dan tarif dasar listrik adalah keinginan mayoritas rakyat? Tidak! Jelas sekali saudara mahasiswa sekalian, bahwa setiap kebijakan yang disahkan oleh anggota parlemen yang duduk melalui mekanisme demokrasi, sejatinya tidak mewakili kepentingan seluruh rakyat. Kebijakan tersebut hanyalah mewakili kepentingan pribadinya, kelompoknya dan kepentingan para kapitalis.

Saudara mahasiswa sekalian, mahalnya biaya pemilu dalam demokrasi, mengharuskan siapapun yang ingin duduk di kursi kekuasaan harus merogoh kocek yang sangat besar. Kalau di setiap pilkada biayanya hampir mendekakti 1,5 triliun bahkan lebih, bagaimana dengan biaya pilpres? Tentu jauh lebih besar dari pada itu. Pertanyaannya, siapakah yang membiayai modal sebesar itu? Tentu yang paling besar adalah dari para kapitalis. Pertanyaannya, apakah para kapitalis tersebut hanya memberikan modal pemilu yang besar tanpa mengharapkan imbalan? Tidak mahasiswa sekalian! Tidak ada makan siang gratis! Inilah kedustaan demokrasi. Demokrasi hanya akan melahirkan persekongkolan jahat antara penguasa dan pengusaha. Buktinya, tidak kurang dari 76 UU pesanan para kapitalis melalui IMF, World Bank, dan USAID yang telah disahkan melaui demokrasi. Seperti UU Migas, UU Penanaman Modal, UU Kelistrikan, UU Sumber Daya Air, UU Perguruan Tinggi,  yang akibatnya seluruh kebutuhan bahan pangan, bbm, listrik dan biaya pendidikan terus merangkak naik. Dan disaat yang sama 70-80% SDA/SDE/Migas rakyat Indonesia dikuasai oleh Asing. Itulah demokrasi, penuh kedustaan dan pembodohan. Takbir!!

Saudara mahasiswa sekalian, demokrasi adalah sistem kufur. Mengapa? Karena demokrasi menyerahkan kedaulatan berada di tangan rakyat yang diwakilkan kepada anggota parlemen. Kedaulatan adalah hak membuat hukum. Dan yang berhak membuat hukum hanyalah Allah swt, bukan rakyat atau manusia. Dalam QS Yusuf ayat 40 Allah swt berfirman: innil hukmu illa lilLahi (sesungguhnya yang berhak membuat hukum hanyalah Allah). Takbir!!

Saudara mahasiswa sekalian, demokrasi adalah sistem kufur. Mengapa? Karena demokrasi tidak menjadikan hukum Allah swt sebagai hukum tertinggi. Demokrasi juga tidak menjadikan hukum Allah sebagai asas dari pengaturan Negara dan rakyat. Dalam demokrasi, miras adalah legal, padahal hukum Allah telah mengharamkannya. Perzinaan juga legal, bukan hanya legal, tapi demokrasi telah memfasiitasi perzinaan dengan menyediakan lokalisasi prostitusi, padahal jelas hukum Allah telah mengharamkannya. Dalam demokrasi, yang haram bisa menjadi wajib, yang wajib bisa menjadi haram. Menutup aurat bagi perempuan di depan umum adalah kewajiban, tapi demokrasi malah membuatnya menjadi mubah. Membuka celah bagi kafir menjadi pemimpin adalah haram, tapi demokrasi malah membuatnya menjadi halal. Itulah demokrasi, penuh dengan penyesatan.
Takbir!!

Saudara mahasiswa sekalian, fakta menunjukkan, sepanjang sejarah penerapan demokrasi di Indonesia, kondisi rakyat Indonesia tak kunjung menjadi lebih baik. Bahkan sebaliknya, dari tahun ke tahun rakyat Indonesia semakin terpuruk dan jauh dari kesejahteraan. Mengapa bisa demikian? Karena demokrasi adalah sistem rusak dan merusak. Demokrasi telah nyata membuat kerusakan di berbagai bidang, mulai dari moral, ekonomi, sosial, hukum, hingga pemerintahan. Secara moral misalnya, pornografi, pornoaksi, seks bebas, pelacuran, aborsi, peredaran miras dan narkoba menjadi fenomena yang akrab ditemui di negeri ini. Di bidang ekonomi, kemiskinan makin hari makin menjadi-jadi. Badan Pusat Statistika (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia per Maret 2014 mencapai 28,28 juta jiwa atau 11,25 persen dari jumlah total penduduk. Angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2013 yang mencapai 28,17 juta jiwa. 

Saudara mahasiswa sekalian, di bidang sosial, demokrasi juga menyuburkan tindak kejahatan, pelecehan seksual, tawuran, dan kriminalitas. Di bidang hukum, keberpihakan hukum terhadap pihak yang lebih kuat nampak jelas. Ibarat paku, hukum dalam demokrasi tumpul ke atas namun begitu tajam ke bawah. Demokrasi juga membuat kerusakan di bidang pemerintahan, sudah menjadi rahasia umum di negeri iini korupsi marak di mana-mana, dari lembaga eksekutif, legislatif bahkan yudikatif. Jadi jelaslah demokrasi adalah sistem rusak dan merusak.
Takbir!!

Saudara mahasiswa sekalian, itulah fakta sebenarnya demokrasi. Demokrasi penuh kedustaan, pembodohan, dan penyesatan. Demokrasi adalah sistem kufur. Demokrasi adalah sistem rusak dan merusak. Oleh karena itu saudara mahasiswa sekalian, marilah kita merapatkan barisan bersama mahasiswa Hizbut Tahrir. Marilah bersama-bersama kita berjuang untuk revolusi Islam, yakni revolusi untuk mengganti sitem demokrasi yang bobrok dengan sistem islam atau khilafah. Ya Allahu Saksikanlah, saksikanlah, kami telah menyampaikan seruanMu. Allahu Akbar!!

Wassalamu’alaikum wr wb.
Jumat, 17 Oktober 2014
Posted by Prisna Defauzi

Reportase Open Recrutment MaTA MUDA LSPI Periode 2014, “Mahasiswa, Pilihan Ada di Tangan Anda. Menjadi Pejuang atau Pecundang? Yuk Berjuang!”

LSPI Press.- Ahad, 12/09/2014. Bertempat di Meeting Room Student Center Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Lembaga Studi Politik Islam mengadakan Open Recruitment anggota baru periode 2014 yang dikemas dalam acara MaTA Muda (Masa Ta’aruf Aktivis Muda). Acara yang berlangsung sejak pukul 08.30 -15.00 yang dihadiri tidak kurang dari 80 mahasiswa tersebut mengangkat tema “Pilihan ada di Tangan Anda! Menjadi Pejuang atau Pecundang?”.”.

Bertindak sebagai Host, Detio Purnomo mengawali acara MaTA Muda dengan menampilkan video perjuangan mahasiswa dulu, kini dan nanti. Melalui video tersebut, para peserta yang notabene mahasiswa UIN diajak untuk merenungkan kembali identitas kemahasiswaannya yang juga di satu sisi sebagai mahasiswa muslim. Dengan memekikkan yel-yel “Mahasiswa Muslim? Kami Pejuang bukan Pecundang. Allahu Akbar!”, suasana perjuangan menjadi sangat terasa sejak awal-awal acara. Dilanjutkan dengan pelantunan ayat suci al-Quran oleh Yosep Nadhir, menambah suasana acara menjadi semakin hikmat.

Di tengah kondisi cuaca yang cerah, semangat perjuangan kembali dikobarkan oleh Kang Agus Suryana. Diamanahi sebagai pengisi dalam training transformatif, Kang Agus yang juga dikenal sebagai pegiat perubahan sekaligus penulis buku ‘A Big Change’ menjelaskan tipe-tipe mahasiswa semisal mahasiswa SO (study Oriented), pragmatis, apatis, dll. Namun harapnya, mahasiswa muslim khususnya yang hadir di MaTA Muda LSPI harus menjadi mahasiswa pejuang yang memperjuangkan Islam. Oleh karenanya mahasiswa harus memahami dua syarat perjuangan dan perubahan, yakni tahu fakta yang rusak dan paham solusi penggantinya beserta metode untuk menerapkannya.

Maka tegasnya, penting bagi para peserta mengkaji Islam di LSPI sebagai wadah membekali diri sebagai modal melakukan perubahan memperjuangkan Islam. Dan karena setiap fakta yang rusak akar permasalahannya adalah dari sistem peraturan yang diterapkan oleh penguasa di tengah-tengah masyarakat, hal tersebut mengharuskan mahasiswa melakukan koreksi terhadap penguasa agar mencampakkan sistem sekarang dan menggantinya dengan sistem Islam.

Setelah Istirahat, shalat dan makan, Kang Fikri Aziz selaku ketua umum LSPI periode 2014 menyampaikan materi ta’aruf LSPI. Mulai dari tujuan dibentuknya LSPI, media dakwah LSPI, kegiatan-kegiatan rutin, pengurus LSPI dan kontribusi LSPI dalam mengawal perubahan serta kontribusi lainnya dalam melakukan pencerdasan politik terhadap mahasiswa civitas akademisi UIN Bandung. Pada kesempatan tersebut juga dilakukan pengukuhan anggota baru LSPI periode 2014 yang diwakili oleh Nasro, mahasiswa semeseter I jurusan Fisika fakultas sains dan teknologi.

Masa Ta’aruf Aktivis Muda peride 2014 semakin meriah dengan pembagian doorprize dari ketua pelaksana acara, Kang Wildan Solihan kepada peserta ikhwan dan akhwat yang terpilih. Sebelum sesi foto bersama antara peserta dengan panitia, acara ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Kang Prisna Defauzi. []PD
Selasa, 14 Oktober 2014
Posted by Prisna Defauzi

Reportase DI LSPI 'Konsep Rizki, Don't be Sad Kalau Kamu Gak Punya Uang'


LSPI Press,- “Punya masalah terus gak mau ikut mengkaji Islam itu salah. Gak nyambung! Masalah ya masalah, mengkaji Islam ya mengkaji Islam. Masalah itu harus diselesaikan. Kalau masalahnya karena gak punya uang ya harus ikhtiyar. Justru kalau punya masalah seharusnya kita makin meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Barangsiapa yang bertakwa niscaya Allah menyediakan baginya jalan keluar” Tegas Kang Acep Mulyana dalam penyampaiannya di Daurah Islamiyyah (DI) edisi ke-7, Jumat (19/9) di ruang utama Masjid Iqomah UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Daurah Islamiyyah ke-7 yang mengangkat tema “Konsep Rizki; Don’t be Sad! Kalau Kamu Lagi Gak Punya Uang” diikuti oleh sekitar  40 mahasiswa dan mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. DI yang rutin diselenggarakan dua minggu sekali oleh LSPI ini, kali ini berupaya memahamkan mahasiswa tentang konsep rizki yang sebenarnya.

Pemateri, Acep Fathin Mulyana yang biasa disapa Kang Acep menjelaskan, bahwa yang menjadi sebab datangnya rizki itu dari Allah dan bukan dari pekerjaan. Menurutnya, karena sebab rizki itu dari Allah dan bukan dari pekerjaan, maka tidak layak bagi siapapun mengatakan bahwa pekerjaan tertentulah yang menyebabkan rizki. Meski demikian, tambahnya, seseorang tetap harus berikhtiyar karena ikhtiyar merupakan salah satu kewajiban dari Allah swt.

“Meyakini sebab rizki itu dari Allah dan bukan dari perkerjaan adalah perbuatan hati. Itulah keimanan. Meskipun begitu, kita tetap harus berikhtiyar. Allah telah mewajibkannya. Ikhtiyar adalah perbuatan fisik yang kelak akan Allah hisab” Pungkasnya. [prisnad] 
Minggu, 21 September 2014
Posted by Prisna Defauzi

Mengembalikan Identitas Mahasiswa Muslim


Oleh:  Prisna Defauzi*

Kririsis identitas mahasiswa muslim semakin hari semakin kentara. Mahasiswa muslim yang seharusnya pola pikir dan pola sikapnya berlandaskan tuntunan Islam, kekinian semakin jauh dari kata ideal. Pragmatisme, hedonisme, individualisme, apatisme dan semacamnya adalah sekelumit paham-paham yang meracuni pola pikir dan pola sikap mahasiswa muslim.

Bagi mahasiswa muslim, memahami identitasnya merupakan sebuah keharusan. Identitas mahasiswa muslim adalah ciri khas yang melekat pada tiap-tiap mahasiswa muslim. Identitas inilah yang kemudian membedakannya dengan mahasiswa pada umumnya.

Mahasiswa muslim yang memahami identitasnya nampak pada pola pikir dan pola sikapnya yang islami. Dengan pola pikir dan pola sikapnya yang islami tersebut ia menjalankan perannya dan mengoptimalkan posisinya sebagai mahasiswa. Dalam menjalankan perannya, meskipun ada kesamaan dengan peran mahasiswa pada umumnya, yakni sebagai pencari ilmu sekaligus sebagai agent of change, social control, dan iron stock, namun terdapat perbedaan yang mencolok. Demikian pula ketika berbicara posisinya sebagai kaum intelektual sekaligus penyambung lidah rakyat atau parlemen jalanan, meskipun ada kesamaan dengan posisi mahasiswa pada umumnya, juga terdapat perbedaan yang mencolok. Perbedaan yang mecolok tersebut dapat dilihat dari pola pikir dan pola sikapnya yang islami yang terejawantahkan melalui motivasinya dalam melakukan perbuatan, tata cara dan tujuan perbuatannya, serta solusi islam yang ditawarkannya.

Peran mahasiswa muslim
Mahasiswa muslim mempunyai peran ganda. Di satu sisi sebagai pencari ilmu, di sisi lain sebagai agent of change, social control, dan iron stock. Sebagai pencari ilmu,  mahasiswa muslim yang memahami identitasnya akan jauh berbeda dengan mahasiswa pada umumnya. Perbedaan tersebut nampak pada motivasinya dalam mencari ilmu, yakni semata-mata kesadaran bahwa mencari ilmu adalah kewajiban dari Allah swt. Di samping nampak pula pada cara dan tujuannya dalam mencari ilmu, yakni tidak menghalalkan segala cara dan hanya mengharapkan keridhaan Allah swt.

Sebagai agent of change (agen pembaharu), mahasiswa muslim adalah objek (aktor) atau subjek (sutradara) dalam setiap perubahan. Bila perubahan yang diusung mahasiswa pada umumnya hanya sekadar mengganti rezim penguasa yang otoriter atau bobrok dan melakukan tambal sulam atas sistem yang rancu. Yang pada akhirnya tidak membuahkan apa-apa kecuali kekecewaan. Perubahan yang diusung oleh mahasiswa muslim yang memahami identitasnya adalah perubahan yang hakiki. Perubahan tersebut adalah dengan mengganti rezim penguasa yang otoriter atau bobrok dengan person yang amanah dan kompeten, juga pada saat bersamaan mengganti sistem yang rancu dengan syariah Islam yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Atau dengan kata lain, solusi perubahan yang ditawarkannya adalah penerapan syariah Islam. Sebab, syariah Islam sebagai jalan kehidupan (way of life) merupakan solusi paripurna bagi kebaikan hidup manusia.

Sebagai social control (kontrol sosial), mahasiswa muslim yang memahami identitasnya akan terlihat dari perannya dalam aktivitas dakwah, amar makruf nahyi munkar, serta saling memberi nasihat dengan kebenaran dan kesabaran di tengah-tengah masyarakat. Inilah yang menjadi bukti kepeduliannya terhadap lingkungan sosial. Kepedulian tersebut terejawantahkan dari upayanya dalam mencegah dan mengoreksi berbagai kemaksiatan dan kezhaliman, baik itu yang dilakukan oleh individu, masyarakat, bahkan oleh penguasa.

Peran lain mahasiswa muslim juga sebagai iron stock (pemimpin masa depan). Mahasiswa muslim yang memahami identitasnya sejak awal sudah sadar bahwa berlangsungnya estafet kepemimpinan untuk masa depan adalah keharusan. Tentu saja yang menjadi pemimpin di masa depan adalah para pemuda termasuk mahasiswa muslim hari ini. Oleh karenanya, sebagai calon pemimpin masa depan, sedari dini ia akan mempersiapkan bekal ketakwaan dan keilmuan sehingga ia siap bila sewaktu-waktu diamanahi sebagai pemimpin untuk mengurusi umat dengan syariat Islam.

Posisi mahasiswa muslim
     Selain memiliki peran ganda, mahasiswa muslim juga memiliki posisi ganda yang strategis. Posisi ganda tersebut adalah sebagai kaum intelektual sekaligus penyambung lidah rakyat atau parlemen jalanan. Mahasiswa muslim dengan posisi gandanya tersebut, mempunyai tanggung jawab untuk memperjuangkan hak-hak umat, menjelaskan kebijakan zhalim penguasa dan memberikan solusi-solusi Islam, memperjuangkan kebenaran Islam agar diaplikasikan secara paripurna di semua lini kehidupan; berindividu, bermasyarakat dan bernegara,  di samping mengontrol kebijakan penguasa agar tidak melenceng dari syariat Islam ketika kelak Islam sudah diterapkan secara paripurna. Bagi mahasiswa muslim yang memahami identitasnya, tentu semua tanggung jawab itu akan diimplementasikannya sebagai upayanya dalam mengoptimalkan posisi strategisnya tersebut.

Upaya mengembalikan identitas mahasiswa muslim
Mengembalikan identitas mahasiswa muslim dapat dilakukan dengan dua cara; memahamkan identitasnya sebagai mahasiswa dan memahamkan identitasnya sebagai muslim. Memahamkan identitasnya sebagai mahasiswa dapat ditempuh dengan memahamkan apa saja peran dan posisi mahasiswa yang sebenarnya. Memahamkan identitasnya sebagai muslim adalah dengan memahamkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah swt, yang tujuan hidupnya tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada-Nya, dan pada akhirnya akan kembali kepada-Nya. Dengan demikian, bila mahasiswa muslim sudah paham apa saja peran dan posisinya yang strategis, paham pula tujuan hidup seorang muslim adalah beribadah kepada Allah swt, maka dalam menjalankan peran dan posisinya sebagai mahasiswa ia akan senantiasa menjadikan Islam sebagai rujukan dan jalan perjuangannya. Maka pada saat itulah identitas mahasiswa muslim terlihat kembali. Wallahu A’lamu bi ash-shawaabi

(Penulis adalah Humas Lembaga Studi Politik Islam UIN SGD Bandung periode 2013- 2014 dan mahasiswa PAI C semester VII Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SGD Bandung)
Rabu, 10 September 2014
Posted by Prisna Defauzi
Tag :

Sosialisikan Program Beasiswa Pemimpin Bangsa (BPB) dan Beasiswa Pegiat Dakwah (BPD) 2014, GAMAPINSA Buka Stand Informasi di Selasar Masjid UIN Sunan Gunung Djati Bandung


GAMAPINSA Press. Demi mensosialisasikan Program Beasiswa Pemimpin Bangsa (BPB) dan Beastudi Pegiat Dakwah (BPD) 2014 yang diselenggarakan Dompet Dhuafa Jawa Barat, Keluarga Mahasiswa Pemimpin Bangsa (GAMAPINSA) membuka stand informasi di selasar Masjid Iqamah UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada Selasa (02/09/2014). Rencananya, stand informasi yang ditujukan untuk mahasiswa UIN Bandung tersebut akan dilaksanakan hingga Jumat (12/09/2014).

“Selama dua minggu, tepatnya sampai tanggal 12 September, GAMAPINSA akan membuka stand informasi terkait program BPB dan BPD di selasar Masjid Iqamah UIN. Tujuannya supaya mahasiswa UIN yang termasuk ke dalam kualifikasi peserta seperti yang telah dicantumkan di leaflet BPB dan BPD, bisa segera mengetahui informasi beasiswa ini dan segera mendaftar.” Ujar Dede Iskandar selaku Kominfo GAMAPINSA.

Menurutnya, melalui stand ini, para mahasiswa bisa bertanya apa saja berkenaan dengan program BPB dan BPD, termasuk menanyakan persyaratan-persyaratan apa saja yang harus dilengkapi ketika akan mendaftar. Di samping bila ada kendala atau kesulitan, mereka bisa segera menyampaikannya ke petugas stand sehingga akan diberikan jalan keluar yang mudah dan memudahkan.


Jumat, 05 September 2014
Posted by Prisna Defauzi

Harusnya Risih, Over Bermesraan di Media Sosial

Meskipun sudah suami-istri, apakah mereka tidak risih mengumbar kemesraaan di media sosial? Celotehan ini semoga menjadi renungan bagi mereka yang biasa melebihi kewajaran dalam memperlihatkan kemesraan di media sosial.

Saran saya, ada yang lebih bijak yang bisa dilakukan di media sosial, seperti menggunakannya sebagai sarana dakwah dan saran share kelimuan lainnya yang sudah tentu bermanfaat bagi umum. Hemat saya, kalau mau over bermesraan, ada alternatif lain yang bisa digunakan dan lebih privasi, via WA misalnya, BBM, sms, atau telepon. Ini bukan berarti memperlihatkan kemesraan di media sosial itu tidak boleh. Yang tidak boleh adalah ketika berlebihan. Bukankah semua yang berlebihan itu tidak boleh?

Media sosial, apapun jenisnya, adalah sarana umum di mana semua orang bisa mengkonsumsinya. Sementara kemesraan suami-istri tidak semuanya layak diumbar di depan umum. Sekali lagi garis bawahi, tidak layak semua kemesraan suami-istri diperlihatkan di depan umum, apalagi over bermesraan. Sama seperti tidak layaknya memperlihatkan semua keadaan prbadi kita di depan umum, walaupun itu berupa kebaikan.
Posted by Prisna Defauzi

Reportase IPS (Islam Politik dan Spiritual) DPC HTI Rengasdengklok: "Islam dan Kekufuran"


Rengasdengklok. DPC HTI Rengasdengklok menyelenggarakan acara IPS (Islam Politik dan Spiritual) pada Ahad (20/04/2014). Dengan mengangkat tema “Islam dan Kekufuran”, acara yang rutin diselenggarakan DPC HTI Rengasdengklok setiap malam senin di Majlis Taklim Darul Jalal, Kp. Tarikolot, Desa Kalang Sari, Kec. Rengasdengklok, kab. Karawang ini diikuti oleh sekitar 22 peserta dari berbagai kalangan dan profesi. Hadir sebagai pembicara pada acara tersebut ustadz Abu Farhan dari pengurus DPC HTI Rengasdengklok.

Posted by Prisna Defauzi

- Copyright © Muslim Writer -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -