- Back to Home »
- Opini , Tsaqofah »
- Demokrasi Biang Keladi Suburkan HIV/AIDS, Khilafah Solusinya
Posted by : Prisna Defauzi
Senin, 02 Desember 2013
NO MORE AIDS | NO MORE FREE SEKS
|
Puting beliung, tsunami, gunung meletus,
dan gempa bumi adalah sebagian kecil dari bencana atau musibah yang diakibatkan
oleh faktor alam. Oleh karena itu bencana atau musibah tersebut dikenal dengan
istilah bencana alam. Dalam pandangan Islam, bencana alam merupakan qadha’ dari
Allah SWT yang tidak bisa ditolak oleh siapapun sebagai cobaan atau ujian bagi
setiap hamba-Nya. Tujuannya agar mereka menjadi orang-orang yang bersabar
(lihat QS. al-Baqarah: 155-157). Namun, bagaimana dengan bencana atau musibah HIV/AIDS
yang semakin hari semakin mengancam kelangsungan hidup umat manusia?
Berbeda dengan bencana alam yang
diakibatkan oleh faktor alam, HIV/AIDS termasuk ‘bencana kemanusiaan’ yang
diakibatkan oleh ulah tangan manusia. Dalam pandangan Islam, bencana kemanusiaan
merupakan peringatan dari Allah SWT yang ditimpakan bagi setiap hamba-Nya
karena kemaksiyatan yang telah mereka perbuat. Tujuannya agar mereka kembali
mengingat Allah dengan bertaubat dan meninggalkan berbagai kemaksiyatan yang
telah mereka perbuat sebelumnya (lihat Qs. al-Ruum: 41). Jadi, dari penjelasan
tersebut dapat dipahami bahwa ditimpakannya bencana kemanusiaan berupa HIV/AIDS
adalah bentuk peringatan dari Allah SWT bagi umat manusia karena kemaksiyatan
yang telah mereka perbuat. Pertanyaannya, kemaksiyatan apa yang kemudian
menyebabkan HIV/AIDS saat ini semakin tumbuh subur?
HIV/AIDS, meskipun bisa jadi faktanya
ditularkan oleh seorang ibu kepada anaknya, suami kepada istrinya dan
sebaliknya, atau melalui transfusi darah, namun penyebab paling dominan yang
selama ini menumbuhsuburkan HIV/AIDS adalah kemaksiyatan berupa prilaku seks
bebas yang lahir karena ide kebebasan yang diagung-agungkan oleh Demokrasi.
Bagaimana tidak, kebebasan bertingkah laku yang dijamin oleh Demokrasi
meniscayakan setiap orang melakukan prilaku sebebas-bebasnya dan
sebablas-bablasnya, termasuk prilaku seks bebas. Kalaupun di sebagian negeri
penganut Demokrasi ada larangan melakukan seks bebas, paling-paling tidak
serius dan cuma bualan belaka. Sebab, aturan dan hukum yang mereka adopsi sama
sekali tidak tegas dan memberi efek jera. Malah faktanya, sebagian besar negeri
penganut Demokrasi melegalkan seks bebas secara terang-terangan, seperti di
Amerika, Inggris, Spanyol, dll,. Indonesia pun sama saja, meskipun tidak secara
terang-terangan melegalkan seks bebas, Pekan Kondom Nasional (PKN) pada 1-7
Desember sekarang yang diselenggarakan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
(KPAN) bersama DKT Indonesia dan Kementrian Kesehatan dengan program
membagi-bagikan kondom gratis menjadi bukti kongkrit upaya negara sponsori seks
bebas. Sebab, program tersebut sama saja dengan membolehkan seks bebas asalkan
pakai kondom. Sehingga wajar jika kemudian deretan angkat statistik HIV/AIDS
dari tahun ke tahun semakin terus meningkat, wong seks
bebasnya disponsori negara.
Oleh karena itu, bencana kemanusiaan
berupa HIV/AIDS ini tidak akan pernah bisa teratasi dengan tuntas apabila
penyelesaiannya bukan pada akar masalahnya. Akar masalahnya adalah kemaksiyatan
berupa seks bebas. Maka, tidak ada solusi lain lagi selain kembali mengingat
Allah dengan menerapkan syariat Islam secara kaaffah melalui institusi
Khilafah. Sebab, hanya Khilafah dengan syariat Islamnya saja yang akan mampu
melenyapkan seks bebas dengan pemberlakuan aturan dan hukuman yang tegas dan
memberi efek jera bagi para pelakunya. Ini artinya, satu-satunya solusi yang
akan menuntaskan bencana HIV/AIDS adalah dengan Khilafah, bukan Demokrasi yang
kufur. [] Prisna Defauzi