- Back to Home »
- Celoteh , Opini »
- Pengemban Dakwah itu: Wajib Berkualitas!!!
Posted by : Prisna Defauzi
Selasa, 03 Desember 2013
PDLT (Perbaiki Diri Lakukan yang Terbaik) |
Hidup itu jika sekarang
lebih berkualitas dari masa lalu. Pameo ini ada benarnya.
Pasalnya Islam menganjurkan kepada setiap muslim agar menjadi manusia yang berkualitas.
Apalagi bagi pengemban dakwah, sudah selayaknya pengemban dakwah terus menerus me-upgrade
diri supaya semakin hari semakin berkualitas. Terlebih pengemban dakwah adalah qudwah
(teladan) bagi mad’u (objek dakwah)-nya.
Terkait
dengan hal ini, patut bagi pengemban dakwah memperhatikan waktu sebagai modal mereka.
sebab, berlalunya waktu adalah kepastian. Bertambahnya usia juga keniscayaan. Namun,
jika bertambahnya waktu tidak diiringi dengan peningkatan kualitas diri, berarti
sama saja membiarkan diri merugi. Walhasil, wajib bagi pengemban dakwah memanfaatkan
waktunya secara produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya.
Penting
untuk dipahami, menjadi pengemban dakwah yang berkualitas bukan prestasi yang
didapat secara instan. Sebaliknya, prestasi itu didapat melalui upaya sungguh-sungguh
dengan memanfaatkan waktu secara produktif. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai aktivitas yang menunjang peningkatan kualitas diri. Bagi pengemban
dakwah, upaya tersebut dapat ditempuh dengan melakukan kontak dakwah,
mengembangkan uslub dakwah, membaca, menulis, belajar, berlatih, berdiskusi, dll
secara masif dan intensif. Pengemban dakwah yang melakukan semua itu tentu akan
memiliki kualitas yang lebih baik dan memiliki peluang sukses yang lebih besar
daripada pengemban dakwah yang malas meningkatkan kualitasnya. Sebab, secara
empirik, seseorang yang berkualitas, master, expert, dan mahir dalam bidangnya,
adalah orang yang produktif memanfaatkan waktu untuk belajar dan berlatih.
Penelitian Malcolm Gladwell menyimpulkan bahwa penguasaan dalam suatu bidang
merupakan kunci utama dari kesuksesan, dan penguasaan tersebut hanya akan
didapat oleh seseorang jika telah belajar, berlatih, dan mengembangkan
kemampuannya minimal 10.000 jam.
Oleh
karena itu wajar saja jika pada faktanya ada pengemban dakwah meskipun
belakangan menapaki jalan dakwah namun kemudian lebih berkualitas daripada
pengemban dakwah yang lebih dahulu menapaki jalan dakwah. Alasannya sederhana,
pengemban dakwah yang belakangan tersebut lebih produktif dalam memanfaatkan
waktunya ketimbang pengemban dakwah yang lebih dulu.
Jika
melihat sejarah kegemilangan Islam, banyak sekali dijumpai ulama sekaligus
pengemban dakwah yang berkualitas. Imam Syafii salah satunya, meskipun beliau
sudah wafat lebih dari 1100 tahun yang lalu, namun namanya sering disebut dalam
majlis-majlis ilmu dan kitab-kitabnya menjadi rujukan kaum muslimin sampai saat
ini. Hal itu karena beliau mampu memanfaatkan waktu secara produktif untuk
meningkatkan kualitas dirinya jauh dibandingkan kebanyakan orang saat itu.
Bayangkan saja, dalam usia 9 tahun beliau sudah hapal al-Quran. Pada usia 10
tahun beliau sudah hapal kitab al-Muwatha karya Imam Malik. Bahkan pada
usia 15 tahun beliau sudah diangkat menjadi mufti (pemberi fatwa) di
Mekah. Subhanallah..
Dengan
demikian, sudah selayaknya bagi setiap muslim, apalagi bagi pengemban dakwah,
mulai dari sekarang harus berupaya meningkatkan (me-upgrade) kualitas
dirinya. Jangan sampai aktivitas dakwah terhambat hanya karena tsaqofah atau
kualitas dari pengemban dakwah itu rendah. Terkait dengan hal ini, patut bagi
setiap pengemban dakwah merenungkan firman Allah SWT berikut ini: “Demi
Waktu. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian....” (QS. Al-‘Ashr
[103]: 1-2) dan firmanNya: “Maka apabila telah selesai (dari suatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS. al-Insyirah
[94]:7). Dua firmanNya yang mulia inilah yang kemudian harus menjadi alarm bagi
setiap pengemban dakwah untuk meningkatkan kualitas dirinya jika benar-benar
mau berpikir. [] Prisna Defauzi