- Back to Home »
- Celoteh , Opini »
- Pemuda; Tonggak Perubahan Harapan Umat
Posted by : Prisna Defauzi
Selasa, 03 Desember 2013
Sejak dulu pemuda terkenal dengan
idealismenya. Pemuda digadang-gadang memiliki keberanian yang tinggi, semangat
juang yang membara, dan kepedulian sosial yang besar. Layaknya lokomotif,
pemuda selalu berada di garda terdepan dari berbagai perubahan yang terjadi.
Oleh sebab itulah pemuda menjadi tumpuan umat di setiap zamannya.
Dalam perjalanan
sejarah Islam, pemuda tercatat memberikan kontribusi besar dalam menyiarkan
Islam. Mushaib bin umair (18) misalnya, ia menjadi duta muda pertama yang diutus
Rasulullah saw ke Madinah untuk mengopinikan Islam. Berkat ia tidak ada satupun
penduduk Madinah yang tidak membicarakan Islam, hingga kemudian di sana pertama
kali berdiri Daulah Islam. Harun ar-Rasyid (23), khalifah belia di masa
kekhilafahan Abasiyyah, ia mampu mencetak tinta emas peradaban Islam, di mana
saat itu Baghdad disulap menjadi kota ilmu. Sementara pada masa kekhilafahan
Utsmaniyyah, Muhammad al-Fatih (21) mampu mengentarkan barat dengan penaklukan
Konstantinopel. Saat itu Islam dengan khilafahnya menjadi negara superior yang
disegani barat.
Melihat pemuda hari
ini, ketika sistem Islam tidak lagi menjadi payung bagi umat Islam. Sementara di
tengah-tengah umat dipaksakan sistem kufur demokrasi oleh para penguasa
khianat. Akibatnya umat menjadi hina-dina, kehormatannya dilecehkan,
dimiskinkan secara sistemik, kekayaan alamnya dirampok, bahkan dengan mudahnya
darah umat ditumpahkan oleh musuh Allah, gaung pemuda nyaris tak terdengar.
Pemuda dalam sistem kufur demokrasi bukan lagi menjadi pelayan umat.
Sebaliknya, mereka menjadi individu yang individualis, hedonis, apatis, bahkan
menjadi pembebek nilai-nilai busuk sekulerisme.
Memang tidak semua
pemuda demikian. Ada saja pemuda yang peduli dengan kondisi umat yang terpuruk.
Dengan bekal semangat dan keberanian, pemuda tersebut kemudian menyuarakan perubahan
ke arah yang lebih baik. Namun disayangkan, arah perubahan yang diusung pemuda tersebut
masih saja keliru. Keliru karena mereka berasumsi keterpurukan umat hanya
disebabkan kebobrokan rezimnya saja. Padahal pangkal kerusakan sebenarnya
adalah sistem kufur demokrasi. Maka wajar saja kondisi umat yang lebih baik
tidak pernah mereka temui meskipun pada faktanya rezim telah berulang kali
diganti.
Dengan demikian, perlu
solusi dan arah perubahan yang benar untuk meniscayakan kondisi umat yang lebih
baik. Solusi yang benar itu adalah Islam. Sedangkan arah perubahan yang benar
adalah melanjutkan kehidupan Islam. Oleh sebab itu pemuda yang dipundaknya
disematkan predikat ‘pemuda harapan umat’ sudah semestinya lantang menyuarakan solusi
Islam dan membawa perubahan ke arah melanjutkan kehidupan Islam, yaitu dengan
menyerukan perubahan hanya dengan menerapkan kembali seluruh ajaran Islam; baik
dari akidah, ibadah, akhlak, sistem pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, politik,
dll. Tentu saja semua itu hanya dapat diwujudkan oleh sistem khilafah.
Walhasil, sudah saatnya
pemuda menjadi AnsharulLah. Sudah saatnya pemuda berbaris di garda
terdepan mengawal perubahan ke arah penegakkan khilafah. Ingatlah, harapan umat
ada di pundak kita. Tidakkah hati kita tergerak untuk menjadikan Islam dan umat
mulia kembali? []Prisna Defauzi